Laman

Sabtu, 21 Desember 2013

Lelaki yang dulu..

Hai..
Aku pengen cerita, tapi sebelum aku cerita mungkin aku mau mengakui suatu hal..

Aku munafik!

Ya. Aku munafik dengan perasaan sendiri.

Sebelumnya aku menegaskan diriku sendiri, untuk mencukupkan semuanya. Perasaan yang sudah ada bertahun-tahun. Aku tutup rapat. Perasaan itu memang tidak bisa dibuang begitu saja, karena akan selalu menghantuiku ketika aku merindukan lelaki di ujung sana. Lelaki yg menciptakan perasaan ini, dan membuatnya bertahan begitu lama.

Aku sendiri heran, mengapa aku begitu tahan menyimpannya dan tidak membuangnya. Aku sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Aku betul betul tidak bisa menjawabnya.

Oke. Ini kemunafikan ku. Munafik soal perasaan. Berbohong dengan diri sendiri, dan mencoba menusuk hati sendiri !! Aku memang munafik soal ini..

Semalam, iya.. Jum'at malam.. 20 Desember 2013..

Aku kembali berjumpa dengan sosok lelaki yang selama ini aku rindukan.. Lelaki yang selama ini selalu aku bayangkan untuk mengobati rinduku yang bertahun-tahun lamanya terpendam.. Lelaki dulu yang bisa membuatku menangis ketika aku begitu merindukannya.. Lelaki dulu yang ingin sekali ku temui sosoknya..
Lelaki yang beberapa tahun lalu menciptakan perasaan ini, perasaan yang selalu jadi kemunafikan ku,,

Walaupun dia berulang kali mengatakan kalau dia sudah berubah, tapi semalam aku betul betul melihat dirinya yang dulu.. Lelaki dulu yang sampai sekarang masih akan kurindukan..

Pertemuan ini..
Singkat memang..
Tapi ada suatu rasa yang bisa mengobati rinduku yang lama.. lama.. dan begitu lama terpendam..
Dia.. Lelaki yang dulu.. Lelaki yang selalu jadi pengisi hatiku..

Dia mengungkapkan semuanya.. Semuanya..


...

Aku hanya diam.. Diam menyimak kisahnya.. Kisah yang dulu..

Dulu..

Hatiku tentu saja bergetar.. Tapi aku mencoba bertahan.. Tegar.  Itu jadi kekuatanku selama ini.

Sedih, sangat. Tapi aku tidak mau menangis di depannya. Aku malu..
Karena aku akan terlihat begitu lemah..

Ketika dia bertanya, apakah aku masih sayang..

Entahlah itu pertanyaan yang tulus atau tidak. Aku tak akan bisa menjawab.
Iya.. Tidak.. Menurutku sama saja.. Karena aku akan selalu seperti ini..

...

Kau bilang kau akan memilihku, tapi.. Alasanmu begitu jelas..
Alasan yang selalu kau katakan.. Kalau kau sudah berubah. Entahlah..
Aku tidak ingin menanyakan soal perasaanmu ke aku apakah juga sudah berubah atau tidak.. Aku tidak sanggup menanyakan hal itu..
Cukup dengan kisahmu.. Aku bisa menerima alasanmu..

Tapi.. Kisahmu membuatku mengerti.. Mengerti seperti apa cinta itu.. Aku rasa cintaku tak sama seperti itu..
Atau yang aku rasa bukan cinta..

Dulu kau pernah bilang,


Cinta itu tak mengenal tampang, harta, jabatan, melainkan cinta itu datangnya dari hati nurani. Jika cinta datang dari hati nurani kesetiaan akan ada bersamanya.

Ingatkah ? Aku rasa kau sudah lupa. Ini kata kata darimu yg selalu ku ingat.

Pertemuan ini membuatku kembali ke masa lalu yg sudah ku coba untuk menguburnya. Kisah manis sepasang anak yang bisa dibilang terlalu dini untuk merasakan cinta yg tulus.. Tapi mungkin aku yang terlalu merasakannya.. Dan kau yang menciptakannya..

Sekarang, aku tidak tahu harus seperti apa.. Tapi aku rasa akan tetap seperti ini.. Sampai semuanya akan tepat pada waktunya..

Entahlah.. Skenario bukan kita yang mengatur.. Bisa saja kisah ini akan jadi kisah klasik.. Atau.. Akan ada kisah selanjutnya..

Tapi yang pasti, aku bisa menerima alasanmu..

Hanya saja aku tidak bisa melakukan hal yang bisa mencegahmu mendekati ku.. Yaa seperti yang kau bilang.. Jika aku sudah mendapatkan penggantimu..

Aku sangat sulit dalam hal itu.. Tak mudah memindahtangankan perasaanku ke yang lain. Apalagi yang "dititipkan" seorang yang akan menghancurkan hati ini lagi.

Cukup dirimu yg sudah membuatku aku remuk.. Aku tidak mau ada lagi lelaki lain yg membuatku menelan sakit lagi..

Aku tidak akan memintamu seperti yg dulu. Karena itu tidak akan mungkin. Hidupmu bukan tanggung jawabku.. Aku hanya bisa mendoakanmu.
Dalam diam ku, selalu ada doa untuk kebaikanmu..

Biar Tuhan yg melindungimu.. Tuhan tahu segalanya.. Tuhan tahu seperti apa akhirnya..

Dan aku akan tetap seperti ini, sampai Tuhan memberikanku kesadaran akan suatu kebaikan untuk hidupku..

Terimakasih karena sudah mengungkapkan semuanya..

...
Terima kasih sudah jadi penjaga hatiku..
Kalau tidak ada dirimu, mungkin ini hati akan jadi permainan lelaki yang seenaknya akan keluar masuk :')
Kamu yang menjaga hatiku selama ini..
Sekarang, semua akan kuserahkan kepada yang lebih tahu, Tuhan yang lebih tahu.. Untuk siapa hati ini akan berujung..

Sekarang kau bisa menikmati duniamu.. Dan aku akan menikmati duniaku..
Terima kasih untuk semuanya..

Jika kita memang tidak di takdirkan, aku rasa aku bisa mengikhlaskanmu.. Dan aku harap kamu bisa mengikhlaskanku..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar